HRD Kreatif
Data primer vs data sekunder

Jangan Asal Tebak! Ini Cara Menyusun TNA Berdasarkan Data Nyata

Data primer vs data sekunder

Dalam dunia pelatihan karyawan, Training Need Analysis (TNA) adalah fondasi penting yang menentukan apakah pelatihan akan membawa dampak nyata atau hanya menjadi formalitas. Sayangnya, banyak organisasi masih menyusunnya berdasarkan tebakan, intuisi, atau permintaan instan dari atasan. Hasilnya? Pelatihan tidak membuahkan hasil, hanya menguras anggaran, dan tidak menyelesaikan masalah inti di lapangan.

Padahal, menyusun TNA berbasis data nyata bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Artikel ini akan membahas cara menyusun TNA yang bebas asumsi, berbasis data objektif, dan benar-benar mencerminkan kebutuhan organisasi yang sesungguhnya.

Bias dalam TNA

Bias dalam TNA terjadi ketika pengambilan keputusan mengenai pelatihan tidak didasarkan pada bukti objektif, tetapi lebih karena persepsi, intuisi, atau tekanan organisasi. Ini bisa sangat merugikan. Berikut beberapa bentuk bias yang umum terjadi:

  • Bias konfirmasi: hanya mencari data yang mendukung dugaan awal tanpa memverifikasi sisi lain.
  • Bias senioritas: hanya mengakomodasi permintaan dari manajer senior tanpa mempertimbangkan kebutuhan tim bawah.
  • Bias kebiasaan: terus mengadakan pelatihan lama karena sudah “jadwal tahunan”, tanpa mengevaluasi efektivitasnya.

Jika dibiarkan, bias ini bisa menyebabkan pelatihan tidak relevan, peserta tidak termotivasi, dan hasil akhir tidak terukur. Bahkan bisa memperburuk performa kerja karena masalah sebenarnya tidak tersentuh. Oleh karena itu, penting bagi tim HR dan Learning & Development (L&D) untuk menyusun TNA secara evidence-based.

Teknik Evidence-Based dalam TNA

Untuk menghindari bias, organisasi perlu mengadopsi pendekatan evidence-based atau berbasis bukti. Teknik ini menuntut semua kesimpulan mengenai kebutuhan pelatihan harus didasarkan pada data yang valid, bukan asumsi atau opini.

Beberapa teknik yang dapat diterapkan antara lain:

1. Task Analysis

Memetakan tugas-tugas dan tanggung jawab dari tiap posisi, kemudian mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.

 

2. Gap Analysis

Membandingkan antara kompetensi aktual yang dimiliki oleh karyawan saat ini dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi atau pekerjaan mereka.

 

3. Root Cause Analysis

Menyelidiki akar penyebab dari performa rendah atau kesalahan kerja. Ternyata, tidak semua masalah disebabkan oleh kurangnya pelatihan bisa saja karena SOP yang tidak jelas, beban kerja berlebihan, atau kepemimpinan yang kurang efektif.

Dengan teknik-teknik ini, Training Need Analysis menjadi lebih presisi, terhindar dari generalisasi, dan bisa langsung menjawab tantangan kerja yang nyata.

Data Primer vs. Data Sekunder

Dalam menyusun TNA berbasis data, Anda perlu menggunakan dua jenis data utama: data primer dan data sekunder. Masing-masing memiliki kelebihan dan fungsinya.

1. Data Primer

Jenis data ini memberikan insight aktual, kontekstual, dan sering kali mengungkap hal-hal yang tidak tercatat dalam sistem. Namun, butuh waktu dan keahlian untuk merancang instrumen yang valid. Data primer diperoleh langsung dari lapangan, melalui:

  • Wawancara dengan karyawan dan manajer
  • Focus Group Discussion (FGD)
  • Survei atau kuesioner online
  • Observasi langsung terhadap proses kerja

2. Data Sekunder

Menggabungkan keduanya akan memberikan gambaran menyeluruh. Strategi terbaik adalah menggunakan data primer untuk mendalami konteks, dan data sekunder untuk memperkuat validasi. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia, seperti:

  • Laporan KPI dan kinerja karyawan
  • Data hasil penilaian kerja (appraisal)
  • Log pelatihan sebelumnya
  • Data dari sistem HRIS (Human Resource Information System)

Tools untuk Validasi Hasil TNA

Menyusun TNA yang baik tidak cukup hanya dengan mengumpulkan data. Anda perlu melakukan validasi untuk memastikan bahwa rekomendasi pelatihan benar-benar mencerminkan kebutuhan bisnis dan operasional.

Beberapa tools dan metode validasi TNA yang efektif:

a. Heatmap Pelatihan

Menampilkan area atau unit kerja mana yang memiliki gap kompetensi paling tinggi. Visualisasi ini memudahkan pengambilan keputusan pelatihan yang bersifat prioritas.

b. Matriks Prioritas

Memetakan jenis pelatihan berdasarkan tingkat urgensi dan dampaknya terhadap performa organisasi.

c. Peer Review

Melibatkan pihak lain (manajer lintas fungsi atau rekan kerja) untuk meninjau ulang hasil TNA, memastikan tidak ada bias pribadi.

d. Sesi Klarifikasi

Presentasi hasil TNA kepada user, tim bisnis, atau stakeholder lain untuk mendapat masukan sebelum pelatihan dirancang.

Validasi ini adalah jembatan antara analisis data dan implementasi pelatihan. Tanpanya, pelatihan bisa meleset dari target.

Komunikasi Lintas Level: Faktor Penentu Keberhasilan TNA

TNA yang baik bukan hanya soal metode, tetapi juga komunikasi. TNA melibatkan lintas level organisasi dari staf lapangan hingga manajer puncak. Kurangnya komunikasi akan menghasilkan TNA yang tidak akurat dan kurang mendapat dukungan.

Beberapa strategi komunikasi yang bisa diterapkan:

a. Kick-off Meeting

Dilakukan di awal proses TNA, melibatkan berbagai divisi untuk menyamakan pemahaman dan tujuan.

b.Survei Terbuka dengan Pertanyaan Netral

Hindari mengarahkan jawaban. Gunakan bahasa yang inklusif dan terbuka.

c. Presentasi Berkala ke Manajemen

Memberikan update selama proses berlangsung agar manajemen tetap terlibat dan bisa memberikan arahan bila diperlukan.

d. Loop Feedback

Setelah draft TNA selesai, buka ruang untuk masukan dan revisi agar hasilnya benar-benar diterima semua pihak.

Dengan komunikasi yang terbuka, proses TNA menjadi kolaboratif, transparan, dan akurat.

Framework Profesional dalam Dunia L&D

Agar lebih sistematis, banyak organisasi mengadopsi framework profesional dalam dunia Learning & Development (L&D). Beberapa yang populer dan terbukti efektif antara lain:

a. ADDIE Model

Merinci lima tahap utama: Analyze, Design, Develop, Implement, dan Evaluate. Model ini menekankan pentingnya analisis sebagai pondasi awal.

b. DACUM (Developing A Curriculum)

Fokus pada pemetaan tugas dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan untuk menyusun pelatihan yang relevan.

c. Model 70:20:10

Mengingatkan kita bahwa hanya 10% pembelajaran berasal dari pelatihan formal. Sisanya berasal dari pengalaman kerja (70%) dan interaksi sosial (20%).

Mengikuti framework ini tidak hanya membuat proses TNA lebih rapi, tetapi juga memastikan bahwa pelatihan selaras dengan strategi bisnis jangka panjang.

Tinggalkan Asumsi, Gunakan Data Nyata

Dalam dunia bisnis yang cepat berubah, mengandalkan tebakan dalam menyusun pelatihan adalah kesalahan mahal. Training Need Analysis berbasis data memungkinkan organisasi mengalokasikan waktu, anggaran, dan energi ke pelatihan yang benar-benar dibutuhkan.

– Mulailah dari data
– Libatkan semua level organisasi
– Validasi setiap rekomendasi
– Gunakan framework profesional

Pelatihan ini dirancang dengan metode yang interaktif dan aplikatif agar peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan TNA secara efektif di lingkungan kerja mereka. Proses pembelajaran dimulai dengan presentasi teori yang menjelaskan konsep dasar TNA serta teknik identifikasi kebutuhan pelatihan yang tepat sasaran. Selanjutnya, peserta diajak untuk menyelami studi kasus nyata guna melihat langsung bagaimana TNA diterapkan dalam berbagai konteks organisasi.

Untuk memperkuat pemahaman, tersedia latihan praktik berupa simulasi penyusunan TNA yang merefleksikan kondisi sebenarnya di perusahaan. Sesi diskusi dengan instruktur memberikan ruang bagi peserta untuk menggali solusi atas tantangan implementasi TNA yang mereka hadapi. Di akhir program, peserta dapat mengikuti ujian untuk meraih sertifikasi TNA, sebagai pengakuan profesional atas kompetensi mereka dalam menganalisis kebutuhan pelatihan secara sistematis dan terstruktur.

Jadikan TNA sebagai fondasi dalam merancang program pengembangan karyawan yang relevan, terukur, dan berkontribusi langsung pada pencapaian bisnis. Pelajari lebih lanjut cara menyusun TNA yang efektif dan terapkan di organisasi Anda sekarang juga. Silahkan klik tautan ini untuk mengetahui jadwal pelatihan dan penawaran spesial.

Ingat, pelatihan yang berdampak tidak terjadi secara kebetulan. Ia dimulai dari proses TNA yang terstruktur, objektif, dan berbasis data nyata. Jadi, berhentilah menebak. Saatnya menyusun TNA dengan presisi karena setiap keputusan pelatihan haruslah mendekatkan organisasi pada tujuan bisnisnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *